Wednesday, 13 April 2016

Tarumanegara (Kerajaan tarumanegara, prasasti kerajaan, Sejarah )

Kerajaan Taruma Negara


Tarumanagara adalah kerajaan yang dulu pernah berkuasa di wilayah yang meliputi hampir seluruh Jawa Barat, tepatnya dari sekitar Banten – Jakarta sampai Cirebon pada abad ke-4 hingga abad ke-7 M. Dilihat dari catatan sejarah yang berupa artefak dan Prasasti Kerajaan Taruma adalah kerajaan Hindu.

tarumanagara berasal dari kata taruma dan nagara. Nagara artinya kerajaan atau negara sedangkan taruma berasal dari kata tarum yang merupakan nama sungai yang membelah Jawa Barat yaitu Citarum. Pada muara Citarum ditemukan percandian yang luas yaitu Percandian Batujaya dan Percandian Cibuaya yang diduga merupakan peradaban peninggalan Kerajaan Taruma

Sumber Sejarah Yang membuktikan keberadaan kerajaan tarumanegara


Banyak berita dari bangsa asing yang mengungkap adanya Kerajaan
Tarumanegara. Salah satu berita dari Claudius Ptolomeus. Dalam bukunya
Geography, ahli ilmu bumi Yunani Kuno ini menyebutkan bahwa di Timur Jauh ada
sebuah kota bernama Argyre yang terletak di ujung Pulau Iabadium (Jawadwipa =
Pulau Jelai = Pulau Jawa). Kata Argyre berarti perak, diduga yang dimaksud adalah
Merak yang terletak di sebelah barat Pulau Jawa.

Kabar lainnya datang dari Gunawarman, seorang pendeta dari Kashmir yang
mengatakan bahwa agama yang dianut rakyat Taruma adalah Hindu. Berita dari
Cina yang dibawa Fa Hsien dalam perjalanannya kembali ke Cina dari India
menyebutkan bahwa rakyat di Ye-Po-Ti (Jawa = Taruma) sebagian besar beragama
Hindu, sebagian kecil beragama Buddha dan Kitters (penyembah berhala). Adapun
berita dari Soui (Cina) menyebutkan bahwa pada tahun 528 dan 535 datang utusan
dari Tolomo (Taruma) ke Cina.

Bukti keberadaan Kerajaan Tarumanegara diketahui dengan tujuh prasasti batu yang ditemukan. Lima di Bogor, satu di Jakarta dan satu di Lebak Banten. Dari prasasti-prasasti ini diketahui bahwa kerajaan dipimpin oleh Rajadirajaguru Jayasingawarman pada tahun 358 M dan dia memerintah sampai tahun 382 M. Makam Rajadirajaguru Jayasingawarman ada di sekitar sungai Gomati (wilayah Bekasi). Kerajaan Tarumanegara ialah kelanjutan dari Kerajaan Salakanagara.

7 buah prasasti kerajaan tarumanegara

Ada tujuh buah prasasti yang menjadi sumber sejarah keberadaan Tarumanegara

1. Prasasti Kebon Kopi


Prasasti Kebonkopi atau Prasasti Tapak Gajah (karena terdapat pahatan tapak kaki gajah) merupakan salah satu peninggalan kerajaan Tarumanagara.

Prasasti Kebon Kopi dipahatkan pada sebongkah batu dengan bentuk tidak beraturan. Pada permukaan batu yang menghadap ke timur terdapat pahatan yang membentuk 2 telapak kaki gajah. Di antara kedua pahatan tersebut terdapat 1 baris tulisan setinggi 10 cm

Penemuan Prasasti Kebon Kopi

Prasasti Kebonkopi I ditemukan di Kampung Muara (kini termasuk wilayah Desa Ciaruteun Ilir, Cibungbulang, Bogor) pada abad ke-19, ketika dilakukan penebangan hutan untuk lahan perkebunan kopi. Oleh karena itu prasasti ini disebut Prasasti Kebonkopi I. Hingga saat ini prasasti tersebut masih berada di tempatnya ditemukan

Isi Prasasti Kebon Kopi / Arti Prasasti kebon Kopi


Prasasti ini ditulis dengan aksara Pallawa dan bahasa Sanskerta yang disusun ke dalam bentuk seloka metrum Anustubh yang diapit sepasang pahatan gambar telapak kaki gajah.

Teks:
" jayavisalasya Tarumendrasya hastinah Airwavatabhasya vibhatidam ~ padadvayam "
Yang Berarti
“Di sini nampak tergambar sepasang telapak kaki …yang seperti Airawata, gajah penguasa Taruma yang agung dalam….dan (?) kejayaan”

2. Prasasti Tugu


Prasasti Tugu adalah salah satu prasasti yang berasal dari Kerajaan Tarumanagara. Prasasti tersebut isinya menerangkan penggalian Sungai Candrabaga oleh Rajadirajaguru dan penggalian Sungai Gomati oleh Purnawarman pada tahun ke-22 masa pemerintahannya. Penggalian sungai tersebut merupakan gagasan untuk menghindari bencana alam berupa banjir yang sering terjadi pada masa pemerintahan Purnawarman, dan kekeringan yang terjadi pada musim kemarau.

ditemukan di Kampung Batutumbu, Desa Tugu, Kecamatan Tarumajaya, Kabupaten Bekasi, sekarang disimpan di museum di Jakarta. Prasasti tersebut isinya menerangkan penggalian Sungai Candrabaga oleh Rajadirajaguru dan penggalian Sungai Gomati sepanjang 6112 tombak atau 12 km oleh Purnawarman pada tahun ke-22 masa pemerintahannya.Penggalian sungai tersebut merupakan gagasan untuk menghindari bencana alam berupa banjir yang sering terjadi pada masa pemerintahan Purnawarman, dan kekeringan yang terjadi pada musim kemarau.

Lokasi Penemuan Prasasti Tugu

Pada tahun 1911 atas prakarsa P.de Roo de la Faille Prasasti Tugu batu dipindahkan ke Museum Bataviaasch genootschap van Kunsten en Wetenschappen (sekarang Museum Nasional) serta didaftar dengan nomor inventaris D.124.

Prasasti Tugu ditemukan di kampung Batutumbuh, desa Tugu, tepatnya pada koordinat 0°06’34,05” BT (dari Jakarta) dan 6°07’45,40”LS yang sekarang menjadi wilayah kelurahan Tugu selatan, kecamatan Koja, Jakarta Utara

Isi Prasasti Tugu

Prasasti Tugu bertuliskan aksara Pallawa yang disusun dalam bentuk seloka bahasa Sanskerta dengan metrum Anustubh yang teridiri dari lima baris melingkari mengikuti bentuk permukaan batu. Sebagaimana semua prasasti-prasasti dari masa Tarumanagara umumnya, Prasasti Tugu juga tidak mencantumkan pertanggalan. Kronologinya didasarkan pada analisis gaya dan bentuk aksara (analisis palaeografis). Berdasarkan analisis tersebut diketahui bahwa prasasti ini berasal dari pertengahan abad ke-5 Masehi. Khusus prasasti Tugu dan prasasti Cidanghiyang memiliki kemiripan aksara, sangat mungkin sang pemahat tulisan (citralaikha > citralekha) kedua prasasti ini adalah orang yang sama.

Dibandingkan prasasti-prasasti dari masa Tarumanagara lainnya, Prasasti Tugu merupakan prasasti yang terpanjang yang dikeluarkan Sri Maharaja Purnawarman. Prasasti ini dikeluarkan pada masa pemerintahan Purnnawarmman pada tahun ke-22 sehubungan dengan peristiwa peresmian (selesai dibangunnya) saluran sungai Gomati dan Candrabhaga.

" pura rajadhirajena guruna pinabahuna khata khyatam purim prapya candrabhagarnnavam yayau//
pravarddhamane dvavingsad vatsare sri gunau jasa narendradhvajabhutena srimata purnavarmmana//
prarabhya phalguna mase khata krsnastami tithau caitra sukla trayodasyam dinais siddhaikavingsakaih
ayata satsahasrena dhanusamsasatena ca dvavingsena nadi ramya gomati nirmalodaka//
pitamahasya rajarser vvidaryya sibiravanim brahmanair ggo sahasrena prayati krtadaksina// "

Arti Isi Prasasti Tugu

Dahulu sungai yang bernama Candrabhaga telah digali oleh maharaja yang mulia dan yang memilki lengan kencang serta kuat yakni Purnnawarmman, untuk mengalirkannya ke laut, setelah kali (saluran sungai) ini sampai di istana kerajaan yang termashur. Pada tahun ke-22 dari tahta Yang Mulia Raja Purnnawarmman yang berkilau-kilauan karena kepandaian dan kebijaksanaannya serta menjadi panji-panji segala raja-raja, (maka sekarang) dia pun menitahkan pula menggali kali (saluran sungai) yang permai dan berair jernih Gomati namanya, setelah kali (saluran sungai) tersebut mengalir melintas di tengah-tegah tanah kediaman Yang Mulia Sang Pendeta Nenekda (Raja Purnnawarmman). Pekerjaan ini dimulai pada hari baik, tanggal 8 paro-gelap bulan dan disudahi pada hari tanggal ke 13 paro terang bulan Caitra,jadi hanya berlangsung 21 hari lamanya, sedangkan saluran galian tersebut panjangnya 6122 busur. Selamatan baginya dilakukan oleh para Brahmana disertai 1000 ekor sapi yang dihadiahkan

3. Prasasti Cidanghiyang atau prasasti munjul


Prasasti Cidanghiyang adalah salah satu prasasti yang berasal dari kerajaan Tarumanagara dan terletak di wilayah Pandeglang.

ditemukan di aliran Sungai Cidanghiyang yang mengalir di Desa Lebak, Kecamatan Munjul, Kabupaten Pandeglang, Banten, berisi pujian kepada Raja Purnawarman.

Lokasi dan penemuan prasasti cidanghiyang atau prasasti munjul

Prasasti Cidanghiyang dilaporkan pertama kali oleh Toebagus Roesjan kepada Dinas Purbakala ahun 1947 (OV 1949:10), tetapi diteliti pertamakli tahun 1954.
Prasasti Cidanghiyang terletak di tepi (sungai) Cidanghiyang di desa Lebak, kecamatan Munjul, kabupaten Pandeglang. Koordinat lokasi prasasti ini adalah 0°55’40,54” BB (dari Jakarta) dan 6°38,27’57”

Isi Prasasti cidanghiyang atau prasasti munjul

Prasasti Cidanghiyang ditulis dalam aksara Pallawa yang disusun dalam bentuk seloka bahasa Sanskerta dengan metrum Anustubh (bentuk aksaranya mirip dengan yang digoreskan pada Prasasti Tugu dari periode yang sama).

Vikranto ‘yam vanipateh/prabhuh satya parakramah narendra ddhvajabhutena/ srimatah purnnawvarmanah

"Inilah (tanda) keperwiraan, keagungan, dan keberanian yang sesungguhnya dari raja dunia, yang Mulia Purnawarman yang menjadi panji sekalian raja-raja."

4. Prasasti Ciaruteun


Prasasti Ciaruteun atau prasasti Ciampea ditemukan di tepi sungai Ciaruteun, tidak jauh dari sungai Ci Sadane, Bogor. Prasasti tersebut merupakan peninggalan kerajaan Tarumanagara.


Penemuan dan lokasi ditemukannya prasasti ciaruteun

Prasasti Ciaruteun dilaporkan oleh pemimpin Bataaviasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen (sekarang Museum Nasional) pada tahun 1863. Akibat banjir besar pada tahun 1893 batu prasasti ini terhanyutkan beberapa meter ke hilir dan bagian batu yang bertulisan menjadi terbalik posisinya ke bawah. Kemudian pada tahun 1903 prasasti ini dipindahkan ke tempat semula. Pada tahun 1981 Direktorat Perlindungan dan Pembinaan Peninggalan Sejarah dan Purbakala Departemen Pendidikan dan Kebudayaan mengangkat dan memindahkan prasasti batu ini agar tidak terulang terseret banjir bandang.

Prasasti Ciaruteun terletak di Desa Ciaruteun Ilir, kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor; tepatnya pada koordinat 6°31’23,6” LS dan 106°41’28,2” BT.
Menurut Pustaka Rajya Rajya i Bhumi Nusantara parwa 2, sarga 3, halaman 161 disebutkan bahwa Tarumanagara mempunya rajamandala (wilayah bawahan) yang dinamai "Pasir Muhara".
Tempat ditemukannya prasasti ini merupakan bukit (bahasa Sunda: pasir) yang diapit oleh tiga sungai: Ci Sadane, Ci Anten dan Ci Aruteun. Sampai abad ke-19, tempat ini masih dilaporkan sebagai Pasir Muara, yang termasuk dalam tanah swasta TjampƩa (= Ciampea, namun sekarang termasuk wilayah Kecamatan Cibungbulang).

Isi prasasti Ciaruteun

Prasasti Ciaruteun bergoreskan aksara Pallawa yang disusun dalam bentuk seloka bahasa Sanskerta dengan metrum Anustubh yang terdiri dari empat baris dan pada bagian atas tulisan terdapat pahatan sepasang telapak kaki, gambar umbi dan sulur-suluran (pilin) dan laba-laba.

" vikkrantasyavanipat eh
srimatah purnnavarmmanah
tarumanagarendrasya
visnoriva padadvayam "

“Inilah (tanda) sepasang telapak kaki yang seperti kaki Dewa Wisnu (pemelihara) ialah telapak yang mulia sang Purnnawarmman, raja di negri Taruma, raja yang gagah berani di dunia”.

Cap telapak kaki melambangkan kekuasaan raja atas daerah tempat ditemukannya prasasti tersebut. Hal ini berarti menegaskan kedudukan Purnawarman yang diibaratkan Dewa Wisnu maka dianggap sebagai penguasa sekaligus pelindung rakyat

5. Prasasti Muara Cianten




Prasasti Muara Cianten atau Prasasti Pasir Muara adalah salah satu prasasti peninggalan kerajaan Tarumanagara

Prasasti Muara Cianten  pertamakali ditemukan oleh N.W. Hoepermans pada tahun 1864.

Prasasti terletak ±  600 m sebelah utara dari Prasasti Kebon Kopi, dengan keletakan tanah lebih rendah ± 10 m. Objek masih berada di tempat asal (insitu), berada 2 m dari tebing sebelah baratdaya Sungai Cisadane

Prasasti Muara Cianten dipahatkan pada batu besar dan alami dengan ukuran 2.70 x 1.40 x 140 m3. Peninggalan sejarah ini disebut prasasti karena memang ada goresan tetapi merupakan pahatan gambar sulur-suluran (pilin) atau ikal yang keluar dari umbi.

Prasasti Muara Cianten terletak di tepi(sungai) Cisadane dekat Muara Cianten yang dahulu dikenal dengan sebutan prasasti Pasir Muara (Pasiran Muara) karena memang masuk ke wilayah kampung Pasirmuara.

Prasasti ini menerangkan tentang peristiwa penggalian Sungai Candrabaga Rajadirajaguru dan penggalian Sungai Gomati oleh Purnawarman pada tahun ke-22, penggalian sungai supaya kerajaan tidak terkena banjir saat musim hujan dan tidak kekeringan saat musim kemarau

6. Prasasti Pasir Awi


Prasasti Pasir Awi terletak di lereng selatan bukit Pasir Awi (± 559m dpl) di kawasan hutan perbukitan Cipamingkis, desa Sukamakmur, kecamatan Sukamakmur (antara Kec. jonggol dan Kec. Citeureup)kabupaten Bogor tepatnya pada koordinat 0°10’37,29” BB (dari Jakarta) dan 6°32’27,57”. Berada di puncak ketinggian perbukitan, dengan arah tapak kaki atau posisi berdiri menghadap ke arah utara-timur. Posisi berdiri berada di sisi yang curam yang memberikan pandangan luas ke wilayah bukit dan lembah di bawahnya. Secara spesifik, jika kita berdiri persis di atas tapak kaki, kita merasakan posisi berdiri yang cukup santai dan tanpa perasaan takut walaupun berada di sisi yang curam.



Ditemukan di Leuwiliang dengan aksara Ikal yang belum dapat dibaca. Pada prasasti ini terdapat pahatan gambar dahan dengan ranting, dedaunan serta buah-buahan, dan gambar sepasang telapak kaki. .

7. Prasasti jambu

Prasasti Jambu terletak di Pasir Sikoleangkak (Gunung Batutulis ±367m dpl) di wilayah kampung Pasir Gintung, Desa Parakanmuncang, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor. Koordinat 0°15’45,40” BB (dari Jakarta) dan 6°34’08,11”. Dahulu pada masa kolonial Belanda lokasi ini termasuk Perkebunan Karet Sadeng-Djamboe tetapi sekarang disebut PT.Perkebunan XI Cikasungka-Cigudeg- Bogor.



Prasasti Jambu terdiri dari dua baris aksara Pallawa yang disusun dalam bentuk seloka bahasa Sanskerta dengan metrum Sragdhara. Pada batu prasasti ini juga terdapat pahatan gambar sepasang telapak kaki yang digoreskan pada bagian atas tulisan tetapi sebagian amvar telapak kaki kiri telah hilang karena batu bagian ini pecah.

Prasasti ini menyebutkan nama raja Purnnawarmman yang memerintah di negara Taruma. Prasasti ini tanpa angka tahun dan berdasarkan bentuk aksara Pallava yang dipahatkannya (analisis Palaeographis) diperkirakan berasal dari pertengahan abad ke-5 Masehi.

Teks:
siman=data krtajnyo narapatir=asamo yah pura tarumayam/ nama sri purnnavarmma pracura ri pusara bhedya bikhyatavarmmo/
tasyedam= pada vimbadvayam= arinagarot sadane nityadaksam/ bhaktanam yandripanam= bhavati sukhakaram salyabhutam ripunam//

Bunyi terjemahan prasasti itu adalah:
"Gagah, mengagumkan dan jujur terhadap tugasnya adalah pemimpin manusia yang tiada taranya yang termashyur Sri Purnawarman yang sekali waktu (memerintah) di Taruma dan yang baju zirahnya yang terkenal tidak dapat ditembus senjata musuh. Ini adalah sepasang tapak kakinya yang senantiasa menggempur kota-kota musuh, hormat kepada para pangeran, tapi merupakan duri dalam daging bagi musuh-musuhnya."

7 buah prasasti kerajaan tarumanegara, 7 prasasti, 7 prasasti kerajaan, 7 prasasti kerajaan tarumanegara, 7 prasasti , artikel prasasti yupa, foto prasasti kebon kopi, foto prasasti yupa
gambar prasasti kutai, gambar prasasti yupa, macam-macam prasasti kerajaan kutai, pengertian prasasti yupa, penjelasan prasasti yupa, prasasti buddha, prasasti ciareteun, prasasti ciareuteun
prasasti ciaruten, prasasti cidanghiang, prasasti dari kerajaan tarumanegara, prasasti di jawa barat
prasasti kebon kopi, prasasti kebon kopi 2, prasasti kebonkopi, prasasti kerajaan, prasasti kerajaan banten, prasasti kerajaan budha, prasasti kerajaan hindu, prasasti kerajaan kediri beserta isinya
prasasti kerajaan tarumanegara, prasasti kutai, prasasti lebak, prasasti muara cianten
prasasti muara kaman, prasasti muarakaman, prasasti mulawarman, prasasti pasir muara
prasasti tarumanegara, prasasti telapak gajah, prasasti yupa, prasasti yupa kerajaan kutai
tujuh prasasti kerajaan tarumanegara

Friday, 18 March 2016

sejarah kerajaan kutai di indonesia

sejarah kerajaan kutai

sejarah kerajaan kutai 

sejarah kerajaan kutai ( Kutai Martadipura ) adalah kerajaan bercorak Hindu di Nusantara yang memiliki bukti sejarah tertua. Berdiri sekitar abad ke-4. Kerajaan ini terletak di Muara Kaman, Kalimantan Timur, tepatnya di hulu sungai Mahakam.[2][3] Nama Kutai diberikan oleh para ahli mengambil dari nama tempat ditemukannya prasasti yang menunjukkan eksistensi kerajaan tersebut. Tidak ada prasasti yang secara jelas menyebutkan nama kerajaan ini dan memang sangat sedikit informasi yang dapat diperoleh.



Letak kerajaan Kutai

Kerajaan Kutai berdiri pada abad ke-5 M di Lembah
Sungai Mahakam, Kalimantan Timur. Nama Kutai
diambil dari nama daerah tempat ditemukannya prasasti
Kutai. Wujud prasastinya berupa tujuh buah tugu batu
besar yang disebut yupa. Ketujuh yupa ini merupakan
sumber sejarah Kutai. Fungsi yupa sesungguhnya adalah
tugu batu untuk menambatkan lembu kurban. Aksara
yang dipahatkan pada yupa berhuruf Pallawa dan
berbahasa Sanskerta. Prasasti tersebut dikeluarkan oleh
penguasa Kutai bernama Mulawarman. Mulawarman
adalah orang Indonesia asli. Kakeknya, Kudungga,
masih menggunakan nama asli Indonesia.

Prasasti yupa kerajaan kutai

artikel prasasti yupa
Informasi yang ada diperoleh dari Yupa / prasasti dalam upacara pengorbanan yang berasal dari abad ke-4. Ada tujuh buah yupa yang menjadi sumber utama bagi para ahli dalam menginterpretasikan sejarah Kerajaan Kutai. Yupa adalah tugu batu yang berfungsi sebagai tugu peringatan yang dibuat oleh para brahman atas kedermawanan raja Mulawarman. Dalam agama hindu sapi tidak disembelih seperti kurban yang dilakukan umat islam. Dari salah satu yupa tersebut diketahui bahwa raja yang memerintah kerajaan Kutai saat itu adalah Mulawarman. Namanya dicatat dalam yupa karena kedermawanannya menyedekahkan 20.000 ekor sapi kepada kaum brahmana. Dapat diketahui bahwa menurut Buku Sejarah Nasional Indonesia II: Zaman Kuno yang ditulis oleh Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto yang diterbitkan oleh Balai Pustaka halaman 36, transliterasi prasasti di atas adalah sebagai berikut:

"Sang Maharaja Kudungga yang amat mulia, mempunyai putra mahsyur, Sang Aswawarman namanya, yang seperti Ansuman (dewa matahari) menumbuhkan keluarga yang sangat mulia. Sang Aswawarman mempunyai putra tiga, seperti Api (yang suci) tiga. Yang terkemuka dari ketiga putra ialah Sang Mulawarman raja yang berperadaban baik, kuat, dan kuasa. Sang Mulawarman telah mengadakan kenduri (selamatan) emas amat banyak. Buat peringatan kenduri itulah tugu batu didirikan oleh para brahmana."

Kehidupan Agama Kerajaan Kutai


Berdasarkan silsilahnya, dapat dipastikan bahwa Kudungga belum menganut Hindu dan masih mempertahankan budaya asli Indonesia. Adapun Aswawarman telah mulai mengenal Hindu, dapat dilihat dari namanya. Ia dianggap sebagai Wamsakarta (pendiri keluarga raja). Budaya Hindu ini diperoleh dari India. Pada zaman Aswawarman dikenal upacara Vratyastoma, yaitu upacara pencucian diri (pemberian kasta) yang diadakan setiap kali ada orang Indonesia masuk agama Hindu. Pentingnya pengaruh brahmana di Kutai menunjukkan dominasi pengaruh agama Syiwa yang tampak dalam upacara kurban


Kehidupan Politik Kerajaan kutai


     Sejak muncul dan berkembangnya pengaruh hindu (India) di Kalimantan Timur, terjadi perubahan dalam kepemerintahan, yaitu dari pemerintahan suku dengan kepala suku yang memerintah menjadi kerajaan dengan seorang raja sebagai kepala pemerintahan. Berikut beberapa raja yang pernah memerintah Kerajaan Kutai:

- Raja Aswawarman
     Prasasti yupa menceritakan bahwa Raja Aswawarman adalah raja yang cakap dan kuat. Pada masa pemerintahannya, wilayah kekuasaan Kutai diperluas lagi. Hal ini dibuktikan dengan dilakukannya Upacara Asmawedha pada masanya. Upacara-upacara ini pernah dilakukan di India pada masa pemerintahan Raja Samudragupta ketika ingin memperluas wilayahnya. Dalam upacara itu dilaksanakan pelepasan kuda dengan tujuan untuk menentukan batas kekuasaan Kerajaan Kutai ( ditentukan dengan tapak kaki kuda yang nampak pada tanah hingga tapak yang terakhir nampak disitulah batas kekuasaan Kerajaan Kutai ). Pelepasan kuda-kuda itu diikuti oleh prajurit Kerajaan Kutai.

-Raja Mulawarman
      Raja Mulawarman merupakan anak dari Raja Aswawarman yang menjadi penerusnya. Raja Mulawarman adalah raja terbesar dari Kerajaan Kutai. Di bawah pemerintahannya, Kerajaan Kutai mengalami masa kejayaannya. Rakyat-rakyatnya hidup tentram dan sejahtera hingga Raja Mulawarman mengadakan upacara kurban emas yang amat banyak.

- Raja Kudungga
     Adalah raja pertama yang berkuasa di kerajaan kutai. Dapat kita lihat, nama raja tersebut masih menggunakan nama lokal sehingga para ahli berpendapat bahwa pada masa pemerintahan Raja Kudungga pengaruh Hindu baru masuk ke wilayahnya. Kedudukan Raja Kudungga pada awalnya adalah kepala suku. Dengan masuknya pengaruh Hindu, ia mengubah struktur pemerintahannya menjadi kerajaan dan mengangkat dirinya sebagai raja, sehingga penggantian raja dilakukan secara turun temurun.

Kehidupan Sosial, Ekonomi, dan Agama Kerajaan Kutai

Letak kerajaan Kutai yang terletak di jalur perdagangan Cina dan India membuat aktivitas jual beli menjadi salah satu mata pencarian utama rakyat Kutai. Tidak hanya melayani perdagangan dalam negeri di Laut Jawa dan Indonesia Timur, mereka juga melayani perdagangan Internasional dan menjual barang-barang dari dalam negeri yang banyak dicari di luar sana.

Kerajaan Kutai menceritakan masyarakatnya hidup tertata dan teratur. Sama seperti India, masyarakat di Kerajaan Kutai juga terbagi menjadi beberapa kasta karena dari terjemahan prasasti-prasasti banyak ditemukan bukti bahwa dalam masyarakat Kutai terdapat golongan Brahmana. Selain Brahmana, ditemukan juga golongan Ksatria yang terdiri dari raja dan kerabat-kerabat dekatnya. Ada juga cerita yang mengatakan bahwa anak cucu Kudungga melakukan upacara Vratyastima untuk menyucikan diri sebagai syarat masuk kasta Ksatria. Hal ini dibuktikan dari adanya kata “warman” di hampir setiap nama raja. Kata “warman” sendiri merupakan kata yang ditambahkan melalui upacara penobatan raja di agama Hindu.


Keyword
bukti sejarah kerajaan kutai
contoh makalah sejarah kerajaan kutai
gambar peninggalan sejarah kerajaan kutai
kerajaan kutai sejarah
makalah sejarah kerajaan kutai
peninggalan sejarah kerajaan kutai
peninggalan sejarah kutai
rangkuman sejarah kerajaan kutai
ringkasan sejarah kerajaan kutai
sejarah dan peninggalan kerajaan kutai
sejarah kerajaan kutai
sejarah kerajaan kutai dan peninggalannya
sejarah kerajaan kutai di indonesia
sejarah kerajaan kutai kartanegara
sejarah kerajaan kutai kertanegara
sejarah kerajaan kutai lengkap
sejarah kerajaan kutai secara lengkap
sejarah kerajan kutai
sejarah kerjaan kutai
sejarah kesultanan kutai kartanegara
sejarah kutai
sejarah kutai karta negara
sejarah kutai kartanegara
sejarah kutai timur
sejarah lengkap kerajaan kutai
sejarah peninggalan kerajaan kutai
sejarah perkembangan kerajaan kutai
sejarah singkat kerajaan kutai
sejarah suku kutai
sejarah tentang kerajaan kutai
sumber peninggalan sejarah utama kerajaan kutai adalah
sumber sejarah dari kerajaan kutai
sumber sejarah kerajaan kutai
sumber sejarah kutai
sumber sumber sejarah kerajaan kutai
7 prasasti kerajaan kutai
7 prasasti kutai
bukti sejarah kerajaan kutai
contoh makalah sejarah kerajaan kutai
foto prasasti yupa
gambar peninggalan sejarah kerajaan kutai
gambar prasasti kutai
gambar prasasti yupa
kerajaan kutai sejarah
macam-macam prasasti kerajaan kutai
makalah sejarah kerajaan kutai
pengertian prasasti yupa
peninggalan sejarah kerajaan kutai
peninggalan sejarah kutai
penjelasan prasasti yupa
prasasti buddha
prasasti kerajaan budha
prasasti kerajaan kediri beserta isinya
prasasti kerajaan kutai
prasasti kerajaan kutai beserta isinya
prasasti kerajaan kutai dan isinya
prasasti kerajaan singasari
prasasti kutai
prasasti muara kaman
prasasti muarakaman
prasasti yupa
prasasti yupa kerajaan kutai
prasasti yupa kutai
prasasti-prasasti kerajaan kutai
rangkuman sejarah kerajaan kutai
ringkasan sejarah kerajaan kutai
sejarah dan peninggalan kerajaan kutai
sejarah kerajaan kutai
sejarah kerajaan kutai dan peninggalannya
sejarah kerajaan kutai di indonesia
sejarah kerajaan kutai kartanegara
sejarah kerajaan kutai kertanegara
sejarah kerajaan kutai lengkap
sejarah kerajaan kutai secara lengkap
sejarah kerajan kutai
sejarah kerjaan kutai
sejarah kesultanan kutai kartanegara
sejarah kutai
sejarah kutai karta negara
sejarah kutai kartanegara
sejarah kutai timur
sejarah lengkap kerajaan kutai
sejarah peninggalan kerajaan kutai
sejarah perkembangan kerajaan kutai
sejarah prasasti yupa
sejarah singkat kerajaan kutai
sejarah suku kutai
sejarah tentang kerajaan kutai
sumber peninggalan sejarah utama kerajaan kutai adalah
sumber sejarah dari kerajaan kutai
sumber sejarah kerajaan kutai
sumber sejarah kutai

sumber sumber sejarah kerajaan kutai